
Memantaskan Diri untuk Memenuhi Panggilan Suci Umrah Bersama Keluarga
Menjadi Tamu Allah dengan Hati yang Bersih, Niat yang Lurus, dan Jiwa yang Siap
Pendahuluan: Umrah Bukan Sekadar Perjalanan Fisik, Tapi Juga Perjalanan Ruhani
Umrah bukan sekadar perjalanan geografis dari tanah air ke Tanah Suci. Ia adalah panggilan ilahi yang agung, penuh makna, dan sarat tuntunan spiritual. Terlebih bila dilakukan bersama keluarga, umrah menjadi momentum transformasi jiwa, penyucian hati, dan penguatan ikatan ruhani dalam rumah tangga.
Tapi sebelum kaki melangkah ke Makkah dan Madinah, jiwa kita harus lebih dahulu melangkah menuju pemantasan diri. Karena Allah hanya memanggil hamba-hamba yang benar-benar ingin bertemu-Nya dalam keadaan bersih, rindu, dan siap menerima limpahan rahmat-Nya.
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah…”
(QS. Al-Baqarah: 196)
1. Memahami Umrah sebagai Undangan Khusus dari Allah
Tidak semua orang yang memiliki harta bisa berangkat umrah. Tidak semua yang kuat fisik bisa menjadi tamu Allah. Karena umrah adalah panggilan, bukan semata keinginan. Ia adalah kehormatan, bukan sekadar paket perjalanan.
Ketika kita merasa rindu ke Baitullah, sejatinya itulah tanda bahwa Allah sudah merindukan kita terlebih dahulu. Maka tugas kita bukan sekadar menabung biaya, tetapi juga menabung amal, keikhlasan, dan kesiapan hati.
“Orang-orang yang berhaji dan berumrah adalah tamu-tamu Allah. Jika mereka berdoa kepada-Nya, niscaya Dia kabulkan. Jika mereka memohon ampun, niscaya Dia ampuni.”
(HR. Ibnu Majah)
2. Menyucikan Niat: Untuk Allah, Bukan Untuk Gengsi
Umrah bersama keluarga bukan ajang pamer kemewahan. Bukan pula sebagai pelarian dari tekanan hidup. Umrah adalah pertemuan suci antara hamba dan Tuhannya.
Memantaskan diri berarti meluruskan niat sejak awal: bahwa setiap riyal yang kita keluarkan, setiap waktu yang kita korbankan, semata-mata untuk mencari ridha Allah, bukan pujian manusia.
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Bila niat sudah lurus, maka langkah akan dimudahkan, doa akan diijabah, dan umrah akan menjadi cahaya yang menerangi perjalanan hidup keluarga kita selamanya.
3. Membangun Rumah Tangga Menuju Baitullah
Banyak keluarga yang sukses membangun rumah megah, tetapi lupa membangun rumah tangga yang ingin mendekat ke Baitullah. Umrah bersama keluarga adalah bentuk syukur atas nikmat keluarga, sekaligus usaha untuk membawa rumah tangga lebih dekat kepada Allah.
Sebelum berangkat, pantaskanlah:
Akhlak dalam keluarga: jangan ada dendam, kebencian, atau kezaliman.
Komunikasi suami-istri dan anak: bangun suasana saling mendukung, saling menasihati.
Ibadah berjamaah: jadikan keluarga sebagai madrasah kecil untuk belajar khusyuk dan taat.
Dengan begitu, umrah bukan hanya menyucikan individu, tetapi juga menyucikan keluarga.
4. Membersihkan Harta, Menjernihkan Hati
Langkah memantaskan diri juga berarti membersihkan bekal yang kita bawa. Umrah adalah ibadah suci, dan Allah tidak menerima kecuali yang thayyib (baik).
Cek asal-usul harta: pastikan yang digunakan berasal dari sumber halal.
Selesaikan utang dan tanggung jawab sosial: agar tidak ada beban saat beribadah.
Berzakat dan bersedekah: sebagai bentuk pembersihan jiwa dari keserakahan.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya Allah itu Mahabaik dan tidak menerima kecuali yang baik.”
(HR. Muslim)
5. Umrah sebagai Momentum Taubat dan Hijrah Keluarga
Setiap langkah di Tanah Suci adalah langkah menuju ampunan dan pembaruan hidup. Maka persiapkan diri dan keluarga untuk menjadikan umrah sebagai:
Puncak taubat dari masa lalu yang kelam
Awal hijrah menuju hidup yang lebih Allah-sentris
Komitmen baru membangun keluarga yang Qur’ani dan berakhlak mulia
Bimbing anggota keluarga untuk menyusun “resolusi spiritual” sebelum berangkat, agar mereka tidak hanya menjadi pelancong rohani, tapi pejuang taqwa setelah pulang dari Tanah Suci.
6. Refleksi Ruhani: Baitullah di Hati Kita
Meskipun fisik kita nanti akan kembali ke tanah air, tetapi ruh dan nilai-nilai Baitullah harus tetap hidup dalam rumah kita. Jadikan pengalaman umrah:
Sebagai penguat ikatan keluarga dalam dzikir dan doa
Sebagai sumber keteladanan orangtua bagi anak-anak
Sebagai titik awal revolusi akhlak, amal, dan visi hidup yang Allah ridai
Kita ingin bukan hanya sekali menjadi tamu Allah, tapi selalu hidup dalam kesadaran bahwa kita sedang menuju-Nya setiap hari.
Penutup: Umrah Bukan Akhir, Tapi Awal Kehidupan yang Lebih Taat
Memantaskan diri untuk umrah bukan sekadar mengejar tiket dan visa, tetapi menyucikan hati, memperbaiki niat, dan menyiapkan keluarga sebagai rombongan yang Allah ridhai. Jangan tunggu sempurna, tapi berjuanglah menuju perbaikan.
Karena siapa yang datang ke rumah Allah dengan hati yang bersih, ia akan pulang bagaikan bayi yang baru dilahirkan—tanpa dosa, tanpa beban, dan siap memulai hidup baru yang lebih Allah-cinta.
"Maka bersihkanlah dirimu, sucikan keluargamu, dan berangkatlah dalam kondisi terbaik menuju rumah-Ku. Karena Aku, Rabb-mu, telah menunggumu sejak lama di sana."
Dr Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo
Agen Resmi Chatour Travel Sidoarjo
Dapatkan artikel dan berita menarik lainnya dari Chatour Travel seputar haji dan Umroh dengan klik disini.
#chatourtravel #cepathematamanah #umrohterpercaya #umrohamanah #chatourumrohpilihankeluarga #umrohkeluargabahagia #ChatourTravelterbaik #chatourtravelgresik